Nyaris.
Aku berakhir menulis tentangmu. Begini, mungkin bukan salah kita apabila hati tidak menentu, kadang menyatu kadang mengganggu. Bukan salah kita juga apabila kemarin menjelang, sekarang menjarang. Kita salahkan saja waktu, yang membuat kita tak pernah bertemu. Sejak awal mengenalmu, yang ada dalam otakku adalah ragu. Seorang lelaki, a gentleman i said, telah berani membuka percakapan dan mengingat hal kecil, kecil sekali, yang aku bahkan tidak tahu menahu. Seorang yang sederhana, dengan mata yang menyala, bercerita tentang apa saja yang ada, berusaha mengerti apa mau dan maksudku. Kita puji saja keadaan, yang telah membuat kita selalu sepadan. Cukup lama mengenalmu, yang ada dalam otakku tetap ragu. Seorang yang naif, mencoba mencari hal-hal menarik yang bisa dibagi. Seorang yang kusut, berusaha tertawa paling lebar dan melempar lelucon paling jenaka. Maafkan aku yang selalu ragu. Aku telah memaafkanmu yang juga ragu. Setidaknya kita sudah pernah tahu, tidak akan bisa mengejar kereta y