DIA-AKU

DIA: dia selalu menjadi pemeran pendamping di sinetron hidup orang lain. dia bertugas menghibur, menemani dan mendengarkan curhatan sang pemeran utama. menurutnya, mendengarkan orang lain adalah hiburan diantara kehidupannya sendiri yang menjenuhkan. setiap hari, kulihat dia selalu bersama teman-teman tercintanya, tapi tak jarang dia hanya sendirian, melihat nanar apa yang ada di depannya. sering aku berpapasan dengan dia, namun tak berani juga untuk menyapanya, yang keluar hanyalah tarikan nafas panjang atau bahkan ejekan yang ditujukan pada dia. memang, aku adalah pengecut. tak berani menyapanya, hanya bisa melihatnya bersenda gurau bersama orang lain. yang bisa kulakukan hanya menatap nomor handphonenya yang terpampang di handphoneku.

AKU: setiap hari, dia selalu berjalan melewatiku, namun aku tak berani menyapanya apalagi menatapnya. aku hanya bisa mencuri-curi pandang saat mendengarkan curhatan gombal dari teman-temanku, tapi aku suka. mendengarkan cerita orang lain bagaikan membaca buku baru setiap harinya. aku, terkadang lelah untuk mendengarkan orang lain, jadi yang kulakukan hanya diam sambil berfikir. tak jarang air mata menetes saat aku melakukan itu. aku suka jika dia sudah bersama teman-temannya, karena tak jarang aku menangkap matanya yang sedang mencuri-curi pandang menatapku, dan aku juga suka saat mata kita tidak sengaja bertemu dan kita langsung membuang muka seakan tidak saling mengenal. kapan hari, teman sekelasmu yang juga teman baikku mengerimiku nomor handphonemu. kupikir untuk apa, jadi kudiamkan saja nomormu bertengger di phonebook hanphoneku. aku sudah lelah dengan semua ini, tapi aku nyaman melakukan ini semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)