Asta sama Cica

aku habis ngarang, ini maksutnya lanjutannya cerita yang aku buat sebelumnya (tapi aku nggak ngepost disini, kepanjangen). sampek sekarang bingung mau dilanjutin gimana lagi, akhir ceritanya ngegantung banget. di cerita sebelumnya aku ngarang waktu mereka masih kecil, ini yang aku post ini waktu mereka udah gede. baca ya..

hari ini, kujejakkan kaki di depan ruangan kafetaria ramai. mataku menjalar mencari sesosok Asta diantara hiruk pikuk puluhan orang dari anak kecil sampai pekerja kantoran. tak mudah menemukan seseorang yang memakai kacamata frame gantung seperti dirinya. banyak sekali orang berpenampilan seperti itu disini. sejurus kemudian, seseorang melambaikan tangannya yang berbalut kemeja lengan pendek dari depan counter kasir. Asta telah memesankan kursi kosong untuk kududuki.

"Mau pesan apa?" tanya Asta setelah aku berhasil duduk dan memangku tas jinjingku.
"Aku belum sempat sarapan. sepiring pancake dan cokelat panas saja," jawabku sambil menutup menu dan menaruhnya di tangan pelayan.
"Oke. Aku mau capuccino saja," sambut Asta, "bagaimana kabarmu? sudah lama kita tidak bertemu di cafe ini lagi, sejak-"
"Jangan dibahas, sudah berlalu kan," ujarku tidak mau mengingat saat dimana Asta, sebagai model digosipkan sedang dekat bersama Bunga -yang juga model- sahabat karibku. bagaimana aku tidak marah mendengan gosip itu, apalagi setelah Bunga bercerita kepada Gissel, nama lainku di dunia maya -Bunga tidak tahu bahwa itu aku, Cica-, Bunga bercerita kepada Gissel bahwa dia sekarang sudah bersama Asta, model ternama yang selalu membawakan baju-baju bermerek diatas catwalk. setelah mendengar itu, bagaimana tidak? rasanya aku sudah melebur ditelan bumi di depan laptop saat aku membaca chat dari Bunga.

beberapa menit kemudian, pesanan datang. aku langsung melahap pancake. Asta tertawa kecil melihatku.
"Apa? kok ketawa?" tanyaku memasang wajah innocent
"Nggak, lucu aja. baru ini aku lihat kamu begitu lahap makan. dulu, kalau kamu makan pasti sambil malu-malu," jelas Asta. aku menyunggingkan senyum setengah hati. sejujurnya, hatiku masih sakit jika melihat Asta di depanku. sayangnya, Asta mengajakku bertemu di cafe yang dulu selalu kami datangi, untuk membicarakan sesuatu.

setelah aku menyelesaikan makanku, Asta memulai pembicaraan kita.
"Baiklah, mm.. aku.. aku masih sayang kamu," katanya langsung
"Lalu?" tanyaku dengan sikap tak acuh.
"Mungkin.. kita bisa mulai lagi dari awal," jawabnya
"Kalau kamu bersamaku, lalu Bunga?" tanyaku sambil meminum coklat panasku.
"Aku.. Bunga.. Kau tahu sendiri kan? Bunga sudah bersama Teo," jawab Asta enteng.
"Tapi kau kan begitu dekat dengan Bunga. Bahkan sampai sekarang," ucapku disambut dering handphoneku, "maaf, telepon" lanjutku. ternyata dari manager radio tempatku bekerja. aku harus segera datang ke studio, karena ternyata acaraku,"Hello, Gissel" harus dimulai lebih cepat akibat, Roy pembawa acara berita berhalangan hadir.
"Maaf, aku ada pekerjaan, aku harus pergi," kataku pada Asta lalu membayar pancake dan cokelat panasku sambil berlalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)