jingga #1

Jam satu dini hari. Insomnia Mia kambuh lagi. Ia membenamkan kepalanya di bawah bantalnya. Kenapa saat esok hari adalah hari pentingnya, insomnianya keluar? Mia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya pelan-pelan. Mencoba terlelap diantara partikel oranye di sekelilingnya. Hanya saja Mia tidak sadar, ia baru dapat terlelap 2 jam sebelum jam bekernya berbunyi.
“Bisa-bisanya telat di lombamu yang pertama! Kamu ngapain aja kemarin malem, Mi?” ibu Mia berteriak heboh sambil membantu memasukan cat air, kuas, tissue, dan segalanya ke tas ransel milik Mia. Mia hanya bisa diam sambil mencari barang-barang lainnya. Ini bukan pertama kali Mia terlibat masalah waktu dengan insomnianya. Dengan segera, Mia memakai tasnya dan mengambil sneakers putihnya dari rak. Tinggal satu jam lagi sebelum lomba melukisnya dimulai. Mia mengulum senyum, tak sabar untuk menyenangkan seseorang yang sudah lama ingin ia senangkan. Walaupun kemungkinan besar ‘seseorang’ itu tidak akan tahu, tapi Mia tetap bersemangat.
Mia menyelesaikan lukisannya dengan goresan-goresan putih sebagai bayangan mataharinya. Tak lupa goresan identitasnya di ujung kanvas. Lukisannya sudah rampung, di dominasi warna oranye dan merah. Ia terdiam dan membayangkan perempuan itu di sampingnya, memandang penuh kagum atas lukisannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)