Kamu

Hai, aku berbicara kepadamu. Aku sudah bukan siapa-siapamu, tetapi jujur saja, aku masih mengharapkanmu. Tidak peduli dengan perempuan barumu. Aku masih mengingat jelas suaramu berkata tidak mau kehilangan aku lagi. Aku masih ingat betul isi pesan singkatmu meminta kesempatan ketiga. Aku masih menerimamu sampai kesempatan keberapa kalipun. Masih teringat jelas semuanya, peluk dan bahu tegap yang kubuat bersandar. Tangan dengan jari-jari panjang yang ku genggam, sesekali kueratkan kala rindu merajalela. Aku juga masih ingat pinggang yang disana kulingkarkan lenganku, itupun karena paksaanmu, tetapi lama-lama aku menikmatinya. Apalagi? Mungkin punggung, tempatku melindungi kepalaku dari terpaan angin saat berada di boncengan. Aku juga masih ingat semuanya, cium, kecup semuanya. Aku ingat betul apa yang selalu kamu lakukan dan apa yang selalu aku lakukan saat bibir kita bertemu. Selalu. Sekali aku lupa kamu langsung memintanya. Aku tidak tahu. Mungkin kamu sudah lupa, sudah tidak ingin mengingat atau sudah ingin menghapusku, tetapi pahamilah, aku tidak akan melakukan itu. Aku menunggumu. Seperti kataku, aku tahu ini lelah, hanya membuang waktuku atau hanya menambah sakitku tapi hanya ini yang bisa aku lakukan agar kamu kembali memintaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)