December Eyes #4

Pada December Eyes yang terakhir ini aku akan bercerita menurut pandanganku dari awal aku mengenalmu sampai sekarang. Aku fikir dalam karangan kali ini aku akan sedikit membuang bahasa baku, tolong maklumi ya.. Jadi begini ceritanya... Aku jatuh cinta dengan seorang laki-laki yang sudah menjadi temanku selama kurang lebih satu tahun. Dari awal aku sudah membencinya. Beribu ejekan dan cercaan keluar dari mulutnya untukku. Aku tahu itu semua hanya bercanda, tapi tetap saja aku marah, sebaiknya kalian rasakan sendiri agar kalian tahu bagaimana rasaku saat itu. Tapi lama-lama aku menikmatinya, dengan begitu dia akan selalu memperhatikanku, bukan? Kemudian semuanya berjalan seperti biasa. Aku masih dengan bodohnya berharap S, iya S kembali. Tanpa aku tahu, dia, laki-laki itu sering sekali bercerita kepada sahabatku. mengenai aku. aku juga tidak pernah tahu kalau dia menyimpan banyak fotoku, aku tidak pernah tahu kalau dia sering sering sekali membaca blog ini, aku tidak pernah tau dia sering sekali membuka akun sosial mediaku. setidaknya itu yang dia katakan dalam video yang dia buatkan untukku. iya, video yang berhasil meruntuhkan tanggul air mataku dan melewati dinding hatiku. awalnya aku tidak ada pikiran sama sekali bahwa dia sudah mau repot-repot membuatkan video seperti itu, apalagi dia, seorang lelaki irasional yang anggap saja tidak bisa membuat hal romantis seperti itu, dan ternyata dugaanku salah. air mataku jatuh sesaat setelah videonya selesai. sejak saat ini, aku sadar, aku juga menyukainya. walaupun pada satu bulan pertama aku bodoh sekali, meninggalkannya begitu saja hanya karena bingung dengan rasaku sendiri. aku fikir jika melanjutkan dengannya akan membuatnya sakit hati, tetapi justru meninggalkannya akan membuatnya sakit hati. beruntung sekali, laki-laki irasionalku masih mau menerima kembaliku. semuanya berjalan dengan sempurna, semuanya berjalan lebih baik. tidak ada lagi ejekan dan cercaan terganti dengan sayang dan kata-kata manis. mungkin banyak yang tidak tahu, tetapi aku sempat berpisah tanpa ada contact sama sekali saat ujian nasional tiba. dan baru kusadari sekarang bahwa itu adalah benar, kalau saja saat itu kita tidak berpisah, mungkin bukan kompleks tugu yang kita duduki sekarang. andai saja dia tahu seberapa banyak air mataku yang tumpah kala itu, bodoh, padahal yang dia lakukan adalah benar. sekali lagi, laki-laki irasionalku tahu yang terbaik. langsung saja, laki-laki irasionalku baru saja meninggalkanku dan menemukan baru beberapa bulan yang lalu. dia harus tau seberapa banyak air mata yang merintik dan seberapa keras rintih sakit hatiku. dia harus tau. aku percaya, dialah laki-laki irasionalku, dia tahu apa yang terbaik untuk kita. hanya saja dia tidak tahu bahwa yang terbaik untukku saat ini adalah kembalinya. aku merindukan laki-laki irasionalku. tujuanku membuat december eyes ini hanya satu agar laki-laki irasionalku sadar, betapa aku mengaguminya, aku menyayanginya, aku mengharapkannya dan aku tidak pernah menuntutnya untuk selalu bersikap romantis, untuk selalu berkomunikasi denganku setiap waktu atau berbuat apapun yang bertolak belakang dengan dia yang sesungguhnya. terserah apa kata orang, masa bodoh dengan dia yang sudah berubah jauh dari dia yang lama. perubahan bukan untuk dihindari, tapi untuk dikembalikan, bukan? aku mau, menjadi perubah sifat buruknya. aku mau menjadi penyebab tawanya. aku mau menunggunya. aku mau mengharapkannya. aku mau menyelipkan namanya dalam do'aku. aku mau menjadikannya tokoh dalam setiap karanganku. aku mau laki-laki irasionalku kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)