Sore ini aku melihat pelangi. Melengkung angkuh dengan auranya yang menyerbak. Aku ingin menjadi pelangi. Yang tetap sombong menentang hujan. Tidak pedulu dengan datangnya yang terlambat, tidak peduli dengan warnanya yang semakin lama semakin pudar. Setidaknya dia pernah menunjukkan dirinya dan menunjukkan dia ada. Aku ingin seperti itu, bukan aku, tapi kita. Kita selalu berada di belakang. Bersembunyi di balik otak-otak pintar, di antara rupiah-rupiah yang dibuang. Padahal jika mereka tau, kita ini berbeda. Seperti warna-warna pelangi di antara rintik hujan yang abu-abu. Banyak, sama semua. Sudah terlalu lama kita membiarkan diinjak dan tidak pernah dianggap. Kita adalah pelangi. Ingat kawan, pelangi. Jangan pernah mau lagi dipandang sebelah mata, diberi dengus cerca dan ejek hina. Percayalah, kita adalah pelangi.
A.M #2
Semakin malam, semakin lebar mata ini rasanya. Padahal badan sudah lelah dan rasanya mengantuk sekali. Kenapa, ya. Besok juga harus masuk kuliah. Plis, plis tiduuurrr. Aku meng-scrolling sosial mediaku sampai bosan. Tak ada lagi yang menarik, sampai tepat pukul 11 malam, ada chat masuk. DINO: "Kok gak tidur-tidur?" How did he know kalo aku belum tidur. Serem juga. Langsung kujawab ME: "KOK TAUU??" DINO: "Iyalah, itu bikin ig stories 5 menit yang lalu" Iyaya...aku lupa. Baru saja bikin ig stories merekam salah satu lagu pengantar tidurku. ME: "O iyaya....lha kamu kok gak tidur?" DINO: "Tugas. Temenin dong, jangan tidur dulu. Telpon, ya?" Tanyanya. Aku ragu meng iyakan karena sudah se malam ini dan takutnya aku ketiduran. Tapi sudah terlanjur ditelfon oleh Dino. Yasudah, kuangkat saja. . Satu jam penuh menemani Dino mengerjakan tugasnya. Belum selesai tugasnya, aku keburu ketiduran. Dia sendiri yang bilang "Tidur aja kalo ngant...
Komentar
Posting Komentar