Surat untuk Kamu dan Kamu

Yang pertama untukmu, yang sudah rela menemani di tahun terakhirku di SMP. Sudah rela mendengar keluh kesah bahkan amarah saat aku merasa lelah. Sudah mau meminjamkan pundak untuk bersandar dan jari untuk menggenggam. Sudah merelakan berpisah untuk kembali bertukar kisah. Sudah memperjuangkanku, teman sekelasmu kelas 8 dulu. Terimakasih untuk satu tahun dua bulan yang sangat menyenangkan dan juga menyebalkan di saat bersamaan. Maaf. Aku sering membuatmu sebal dengan sifatku yang berubah-ubah. Maaf dan sekali lagi terimakasih. Untuk mengajariku tentang setia dan pengorbanan yang tidak sia-sia.
.
.
.
.
Yang kedua untukmu, yang sudah rela menemani di 8 bulan terakhir. Membantu semua masalahku walau kadang menambahnya. Awalnya sengaja aku mengabaikanmu. Membiarkanmu berceloteh dan aku menjawab seadanya. Bukan karena apa, lihat sekelilingmu. Perempuan. Memuja dan mengelu namamu. Bukan salahmu, dengan rupa yang sedap dipandang juga rambutmu. Tahu sendirilah. Mungkin memang salahku, berani menaruh hati walau tahu di akhir pasti tersakiti. Salahku juga, menganggapmu rumah, tempatku berkeluh kesah. Padahal aku tahu jelas, bukan hanya aku tujumu berbagi cerita. Tak jarang pula dengan sadar kamu bercerita perempuan ini perempuan itu, pernahkah kamu sadar? Perempuan yang berbincang denganmu ini, menyimpan sakit di dasar hatinya. Mencuat ingin keluar, walaupun akhirnya harus dikubur dalam-dalam. Sekarang terserahmu, kamu bilang salah jika terus menerus mengobrol denganku, juga dengan perempuan lainnya. Entahlah itu hanya alasan atau kamu benar-benar tersadar. Terserahmu, kamu mau terus menunggu perempuanmu yang tidak pasti di sana, terserah. Terus saja menunggu, sampai kamu sadar kalau kamu ditunggu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)