Berjanjilah padaku, cantik

Kotamu bukan kotaku. Kotamu yang kuimpikan sejak dulu. Kotamu kota favoritku di negri hijau ini. Kotamu tempat beribu cerita. Sudah cukup berkecamuk di fikiran sesaat setelah kotamu disebut. Ditambah lagi kamu. Semakin kusut benang dalam hatiku. Kedatanganmu 4 bulan lalu ke kotaku bukanlah hal menarik yang langsung menyita perhatianku. Bahkan aku sama sekali tidak peduli. Hanya orang asing yang baru singgah. Menambah jumlah pemilik kelas sebelah. Sudah sifatku tak peduli pada kakak atau adik kelasku, tapi tidak denganmu. Sebelumnya, sungguh aku tidak pernah berfikir untuk sedikit pun mendapat perhatian darimu. Ditambah wanita mu yang tak segan-segan memandangku dengan tatapan paling tidak enaknya. Padahal dia tahu jelas, umurku yang setahun di atasnya. Bukannya ingin dihormati, tapi sopan santun itu ada, cantik. Lagipula bukan salahku jika akhirnya dia menghubungiku lebih dahulu. Aku hanya menjawab seadanya karena aku tahu dia milikmu, cantik. Tapi dia, tampaknya ingin mengenalku lebih jauh. Sudah, cantik. Sudah jauh aku darinya, sudah pergi aku dari hidupnya, sudah hilang aku dari hatinya. Ambil dan jaga dia. Jangan sampai sesekali masih kulihat serangkai kalimat sedih yang keluar darinya. Jangan sampai sesekali masih kurasa perhatiannya. Walau sampai aku meminta hatinya, memohonnya kembali, jangan pernah berikan dia padaku. Berjanjilah padaku, cantik.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)