Bodoh

Ditemani rerintik hujan yang jatuh tepat di atas atap rumah. Juga secangkir teh susu hangat yang masih belum diaduk. Mengapa akhirnya kamu lagi?
Setelah berjalan berbulan-bulan mencari akhir bahagia yang lain, tetap saja aku percaya bahagiaku ada padamu.
Setelah berjuang mati-matian lalu menyerah, tetap saja kepadamu lah aku kembali pasrah.
Setelah bergelut dengan segala pinta, tetap saja untukmulah segala harap.
Sebut saja aku bodoh. Berani menaruh hati pada seseorang yang jelas suka melempar-lempar hati. 
Sebut saja aku ceroboh. Menitipkan rasa pada seorang yang mudah merobohkan segala semoga. 
Tapi aku tidak peduli.
Sepertinya sudah terlalu lama diaduk teh susu ini. Sudah menjadi rasa baru yang kurasa lebih mudah dinikmati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)