Surat (tidak romantis) cinta
Teruntuk, seorang laki-laki yang telah menetap di pikiran. Padamu hatiku kembali jatuh untuk yang kesekian. Padamu otakku kembali penuh dengan impian.
Pertama kali berjumpa dengan kamu, saya nggak pernah berfikir untuk kemudian jatuh hati pada kamu. Seorang laki-laki yang baru saja saya kenal, nggak pernah langsung berupaya mendapatkan saya. Tidak dengan kamu. Saya kira hanya kebetulan pada waktu itu kamu datang dan membuat hari-hari saya sedikit menyenangkan. Nggak sedikit sebenarnya, banyak sekali. Saya yang tipikal nggak suka dengan laki-laki seperti kamu, rayuan manis dan hal-hal seperti itu, pada akhirnya jatuh juga. Mungkin hanya perkara waktu. Kamu datang tepat di saat saya baru saja patah hati. Dan kamu bisa dengan mudahnya memperbaiki retak di sana-sini. Itulah sebab saya mulai jatuh hati pada kamu. Padahal semua orang sudah melarang, bahkan menjelekkan kamu. Katanya saya bodoh, berani jatuh pada kamu yang suka sekali bermain. Mungkin itu alasan saya untuk kemudian menjaga hati agar tidak terlalu jauh, ditambah lagi kamu yang tiba-tiba menjauh. Hanya karena alasan sederhana, kita selesai.
Berbulan-bulan saya ketemu sama kamu dan tidak tahu harus bersikap seperti apa. Walaupun begitu, kita bertemu setiap hari mau tidak mau. Sampai akhirnya kamu kembali menghubungi saya dan kita sudah selayaknya teman biasa. Bisa saya bilang kita ini profesional. Kita bisa menempatkan diri dimana menjadi teman dimana menjadi pujaan. Kita tahu bagaimana bersikap sebagai kawan yang saling bercerita dan sebagai pasangan yang tak jarang saling mesra. Saya kira, kita sama-sama pintar menyembunyikan. Orang-orang hanya tahu sebagian dari yang kita sembunyikan, kamu tahu? Dan saya tidak pernah berharap mereka tahu sebagian sisanya.
Seiring waktu, saya kembali jatuh hati pada kamu. Padahal sekali lagi mereka berkata saya bodoh, saya ceroboh. Tapi sepertinya saya tidak peduli lagi. Bukannya egois, tapi saya memang tidak tahu kenapa terus menerus memikirkan kamu,sedangkan saya tahu jelas bahwa kamu mungkin hanya dapat menyakiti hati saya. Entahlah. Saya berani mengambil risiko bahwa nantinya akan disakiti olehmu. Saya berani mengambil peran nantinya mendengarkan semua omong kosongmu. Saya berani menanggung beban nantinya harus tertawa pada lawakan tidak lucumu. Saya berani, kamu tahu?
Terserah apa katamu nantinya, tapi kamu harus tahu, saya ada di sini menunggu kamu selesai dengan semua wanitamu.
Tulisan dik ais bagus bagus. Keep writing ya ☺
BalasHapus