Hola!

Selamat malaaaaam. Akhirnya bisa juga ngepost setelah this thing menganggu pikiranku berminggu-minggu. Mau nulis tapi....jadi kemaren itu ceritanya aku seminggu super hectic sama tugas. Kayaknya kebiasaan dulu semester 1-3 jarang ada tugas, begitu ada (re: banyak) langsung keteteran cyinnn. Sampek akhirnya seminggu kemudiannya, dengan sukses tepar. Panas demam menggigil terus gak siang gak malem. Yasudah dengan resmi saya merelakan seminggu kuliah, kebanyakan bolosnya. Masuk pun ngga nyatet apa-apa cuma ndoweh di kelas karena pusing dan menggigil lagi kena ac. But i'm okay nooooow yuhuu sudah enakan dan sudah doyan maem lagi.
Okay, let's start. Jadi barusan teringat lagi karena di twitter lagi dibahas tentang kalimat-kalimat sederhana yang pernah bikin hati rasanya pecah kayak langsung remuk redam gitu. I read it satu persatu kata orang-orang di twitter dan tiba-tiba keinget, i've broke someone heart few days ago, with only one bubble of chat. He didn't even read it for about 2-3 days until he know he only can said sorry. Waktu ngomong sih ngga berasa, kayak okay okay aja saya bilang gitu karena dia juga sudah jahat banget sama saya. Tapi setelah takbaca-baca that was super rude, dan saya bisa membayangkan hatiku hancur kalau ada orang yang bilang kayak gitu ke saya. Jadi intinya gini, kita nggak akan pernah tau apa yang kita bilang ini bisa affect sooo much ke orang yang kita ajak bicara, padahal apa yang kita bilang ini sederhana. Se sederhana bilang "ip ku jelek banget semester ini, cuma 3.5" ke orang yang sedang berusaha menaikkan ip 3.2nya. Atau sesederhana bilang "barusan diomeli ibukku sebel deh" ke orang yang ibunya sudah jauh di sana. Sederhana. Bilangnya pun nggak berniat apa-apa, cuma niat cerita. Tapi bagi orang yang denger, itu nggak sederhana. Bagi orang yang tidak tepat, itu bisa menyakiti hatinya. Sangat sakit. Memang benar katanya orang "only said good or remain silent" karena urusan omongan ini panjang ceritanya. Setiap orang yang mengatakan kalimat-kalimat yang akhirnya selalu terukir itu pasti juga punya alasan sendiri. Ambil contoh saya, i said "saya hilang respect ke kamu" itu cuma karena masalah yaah mungkin orang lain bilang sepele, but not for me. Kalian boleh menebak boleh membayangkan apapun masalahnya kenapa bisa sampai saya hilang respect. Tapi setelah saya bilang seperti itu juga akhirnya saya menyesal. I cried to sleep karena saya ingat chat satu bubble yang super mean itu. Kayak buanyak banget kalimat yang bisa saya pilih, yang lebih halus dan tidak menyakiti, why i choose that one? Nggak tau. I just go on with my emotion :( bahkan sampai sekarang, kalau ingat rasanya ingin me resend chat tersebut, tapi buat apa? Terlanjur. Itu adalah salah satu contoh yang bener-bener membuat saya sekarang untuk pikir berkali2 dulu baru bilang sesuatu. Karena pasti kalo asal jeplak kita nggak akan tahu apakah itu bisa bikin orang sakit hati atau gimana. As simple as kamu bikin bercanda ke hal-hal yang menurut orang lain nggak pantas buat dibercandain. Dan itu akan bikin sakit hati kan? Kamu nggak bisa bilang "kan cuma bercanda" iya bercanda buat kamu, buat lawan bicaramu? Itu juga salah satu contoh nyata yang saya rasakan sendiri. Apaya.......ya bener memang kalau urusan omongan ini sulit. Salah omong sedikit bisa runyam. Sejak hal-hal kayak kemaren itu, mulai sekarang i choose to remain silent kalau sedang marah, sedih dan seneng. Karena apa yang keluar dari mulutku bisa jadi buat orang lain ngga enak. Sebenernya, lain lagi ceritanya, kalau apa yang kita bilang bikin orang seneng, berbunga-bunga. That was a good way. Kalau bisa seperti itulah memang seharusnya apa yang keluar dari mulut kita.
Intinyaaaaaaaa, berhati-hatilah dengan apa yang kita bicarakan. Karena kita nggak akan pernah tau, apa yang orang rasakan dari omongan kita. Kalau bisa, jadikanlah apa yang kita bicarakan itu meninggalkan kesan yang baik dan meninggalkan kebahagiaan buat orang lain. Jangaaaaan sampai bikin sakit hati orang lain, ya. Cheerios!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)