Kilometer

Dari kilometer entah berapa, di balik jendela yang basah ini, aku melihat setitik bulan di ujung sana. Langitnya gelap, hitam pekat, sehingga ia bersinar begitu terangnya walau hanya setitik yang bisa kita lihat. Di bawahnya berjajar-jajar pohon rimbun yang bergoyang diterpa angin. Di depanku aspal panjang seperti tidak berujung, masih jauh. Pikirku mengelana kemana-mana. Hiruk pikuk suasana di depan kos, suara lonceng stasiun yang terdengar jelas dari kamarku. Tempat-tempat ramai, taman, pusat perbelanjaan, jalanan yang padat. Desir udara malam dan asap mengepul beraroma makanan. Riuh rendah suara orang mengobrol, tertawa dan memekik gembira. Matahari sore yang menusuk di kulit dan harum kopi di tempatku merengek sekaligus menumpahkan air mataku padamu. Sudah berkilo-kilo jauhnya dari sini, tapi masih tergambar jelas di otakku. Irasional, bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary of Mid-20 Girl (Part 5)

Diary of a Mid-20 Girl (Part 4)

Perkara cafe-cafean (Jilid 5)